Adalah M. Hardon, salah satu peserta wisuda angkatan 42 Institut Teknologi PLN (ITPLN) yang dilaksanakan pada hari Rabu 17 Mei 2023. Mahasiswa strata satu Teknik Informatika ini mendapatkan kesempatan bergabung menjadi pegawai di PLN group. Tidak tanggung-tanggung. Kepastian itu disampaikan oleh Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN (DIRLHC) Yusuf Didi Setiarto yang hadir dan memberikan sambutan pada wisuda di Sasana Kriya TMII tersebut. DIRLHC juga mengajak para lulusan terbaik pada wisuda tersebut. Total tujuh orang wisudawan dan wisudawati langsung bergabung dengan PLN group, yaitu holding, sub holding dan anak perusahaannya.
Sebelumnya, saat sambutan Rektor ITPLN Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa M K, MT menyampaikan beberapa kisah wisudawan. Ada yang menyentuh, inspiring, lucu dan mengharukan.
Diantaranya kisah Hardon, anak seorang petani karet nun jauh di Kabupaten Bungo, Jambi. Sang ayah yang lulusan SD tidak sanggup menyekolahkan Hardon dan kedua kakaknya tinggi-tinggi. Ditambah kondisi lingkungan yang tidak terlalu mementingkan pendidikan. Namun Hardon yakin, pendidikan adalah salah satu jalan untuk mengubah nasib dan mengangkat derajat keluarga.
Karena itu dirinya tetap berusaha untuk meraih pendidikan tinggi. Sebelumnya Hardon pernah kuliah di tempat lain namun hanya bertahan satu semester. Alasan klasik, terbentur biaya. Sampai akhirnya di tengah kekecewaan dan keputusasaan, di tengah perjuangannya mencari cara untuk tetap bisa melanjutkan kuliah dia terpilih mendapatkan beasiswa dari Yayasan Baitul Mal (YBM) PLN. ”Saya mendapatkan info beasiswa YBM PLN dari salah satu akun Instagram info beasiswa. Saya mencoba mendaftar dan melewati tes administrasi dan interview secara online. Akhirnya, saya menjadi salah satu penerima beasiswa YBM PLN tahun 2019 bersama 39 orang teman lainnya untuk berkuliah di ITPLN. Terima kasih YBM PLN. Terima kasih para muzakki YBM. Semoga suatu saat saya bisa menjadi donatur juga” kata Hardon.
Apakah masalah selesai? Belum. ”Mendapat beasiswa di ITPLN berarti saya harus tinggal di Jakarta. Membutuhkan ongkos yang mahal, dan biaya hidup yang tinggi. Berbagai cara saya tempuh untuk mendapatkan tambahan uang saku. Mulai berjualan martabak mini yang saya titipkan ke kantin kampus, kerja paruh waktu di bimbingan belajar, menjadi kordinator penonton di Metro TV dan kerja di lembaga pendidikan” kata Hardon yang mengaku pertama kali tiba di Jakarta sempat beberapa waktu tinggal di tempat kos berlima dengan sesama teman-temannya.
Di tengah keterbatasannya Hardon juga aktif ikut kompetisi dan berprestasi. ”Saya pernah terpilih sebagai Duta Peduli Kesehatan Jiwa perwakilan provinsi Jambi 2021, Top 10 Bandung Datathon berkolaborasi dengan mahasiswa ITB, Unpad, dan luar negeri. Saya juga aktif dan senang mengikuti kegiatan sosial, volunteer, dan pengabdian masyarakat” katanya.